Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial adalah Model
yang mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain, dan
memusatkan perhatiannya kepada proses dimana realita yang ada dipandang sebagai
suatu negosiasi sosial. Model ini menekankan pada hubungan personal dan sosial
kemasyarakatan diantara peserta didik yang berfokus pada peningkatan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses
yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
Model interaksi sosial ini didasari
oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial yang
menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning
to life together). Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer
(1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler. Mereka mengadakan eksperimen
mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik. Percobaannya yang dilakukan
memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting dari pada bagian).
Pokok pandangan Gestalt adalah objek
atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan
bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna
bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.
Aplikasi teori Gestalt dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut;
a.
Pengalaman insight. Dalam
proses pembelajaran peserta didik hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Guru hendaknya
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan insight.
b.
Pembelajaran yang bermakna.
Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang
pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari
peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi
kehidupannya di masa yang akan datang.
c.
Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada
suatu tujuan. Perilaku di samping ada kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat
dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena peserta didik
memiliki harapan tertentu. Oleh sebab itu, pembelajaran akan berhasil bila
peserta didik mengetahui tujuan yang akan dicapai.
d.
Prinsip ruang hidup (Life space). Prinsip ini
dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan field theory). Prinsip ini menyatakan
bahwa perilaku peserta didik terkait dengan lingkungan/medan tempat ia berada.
Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan
tempat peserta didik berada (CTL).
0 komentar:
Posting Komentar