This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 01 Mei 2013

Teknik Index Card Match



Index Card Match (Mencocokkan kartu indeks) adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Teknik Index Card Match melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran karena cara ini dikemas seperti sebuah permainan. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan cara ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Metode ini biasanya digunakan untuk mengajarkan kata-kata atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya kata dengan artinya, atau soal dengan jawabannya, dan sebagainya. Metode ini bisa dikatakan sebuah permainan yang menyenangkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya dengan cocok (pertanyaan dan jawaban) dengan melibatkan fisik.
Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning Teori &Aplikasi PAIKEM menguraikan langkah-langkah teknik Index Card Match. Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:
1)  Guru membuat potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
2)  Guru membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3)  Pada separuh bagian potongan kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Setiap kartu berisi satu pertanyaan.
4)  Pada separuh kartu yang lain, guru menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5)  Guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.
6)  Guru membagikan satu kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah siswa akan mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7)  Guru meminta kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8)  Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk  berdekatan, guru meminta kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangannya.
9)  Guru mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Teknik Call on The Next Speaker



Teknik Call on The Next Speaker dalam pembelajaran berguna untuk mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar. Teknik ini member kesempatan kepada setiap siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dikuasainya berkenaan dengan pelajaran.
Prosedur pelaksaan teknik call on the next speaker adalah sebagai beriku;
1)     Guru membagikan kertas untuk membut pertanyaan kepada siswa.
2)     Setelah para siswa selesai membuat pertanyaan kemudian guru mengambilnya dan membagikannya kembali secara acak
3)     Selanjutnya guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab dengan waktu terbatas
4)     Siswa tadi (pada poin 3) menunjuk siswa yang lain untuk melanjutkan, begitu seterusnya.
Dalam pembelajaran al-Qur’an Hadis teknik pembelajaran ini cocok disinergikan dengan metode drill untuk diterapkan pada materi ajar yang membutuhkan kecakapan atau kebiasaan seperti membaca, menghafal, wudhu, shalat dan lain-lain.

Teknik Poster Coment



Teknik Poster Coment merupakan teknik pembelajaran yang bertujuan untuk menstimulasi, meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam teknik ini siswa didorong untuk bias mengungkapkan pikirannya secara lisan mengenai berbagai hal yang terdapat pada gambar atau poster.
Langkah-langkah pelaksanaan teknik poster coment itu cukup sederhana, sebagai berikut:
1)        Guru menyediakan gambar atau poster
2)        Lalu siswa diminta untuk mengamati gambar dengan seksama
3)        Setelah itu satu persatu atau perwakilan siswa diminta untuk mengomentari dan menilai gambar tersebut
Dalam pembelajaran al-Qaur’an Hadis teknik ini antara lain dapat disergikan dengan metode demontrasi dan tanya jawab. Misalnya untuk materi ajar tentang hadis kebershan atau menghormati orang tua.

Teknik Jigsaw



Teknik Jigsow ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan atau berbicara,  bisa juga digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. teknik ini cocok untuk semua kelas dan tingkatan.
Dalam teknik Jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.
Pemikiran dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan. Johnson (1991) menyatakan bahwa teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kelompok yang dapat  digambarkan sebagai berikut :
1)        Setiap anggota kelompok mempelajari/mengerjakan salah satu bagian informasi yang berbeda dari bagian anggota kelompok lainnya.
2)      Setiap anggota kelompok bergantung kepada kelompok yang lain untuk dapat mempelajari/memahami informasi secara utuh.
3)      Setiap anggota kelompok berbagi informasi dengan anggota kelompok lain dalam rangka menangkap keutuhan informasi.
4)      Setiap anggota kelompok menjadi pemilik “ahli” informasi, sehingga kelompok akan bertanggungjawab dan menghargai masing-masing anggotanya (1998).
Langkah-langkah metode Jigsaw dalam pembelajaran kooperatif:
1)      Tahap kooperatif, Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 3-5 orang). Kelompok kecil ini dibentuk berdasarkan ranking kelas atau hasil ulangan harian. Setiap kelompok beranggotakan siswa yang kemampuan akademiknya beragam. Kelompok yang terbentuk ini disebut kelompok “asal”. Guru memberikan informasi (berupa bacaan ataupun tugas/soal) yang berbeda kepada tiap anggota kelompok “asal”. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu tugas/soal yang diberikan itu.
2)      Tahap ahli, setelah mendapat sebagian informasi beserta tugas tertentu siswa harus membahas dan memecahkan dengan anggota kelompok lain yang memperoleh tugas yang sama. Mereka berkumpul, belajar bersama dan berdiskusi tentang tugas tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok “pakar” atau kelompok “ahli”.
3)      Tahap tiga serangkai Anggota kelompok “pakar/ahli” ini kembali ke kelompok “asal” dan mengajarkan informasi (tugas/soal) yang telah dipelajari dan telah didiskusikan didalam kelompok “ahli” kepada teman kelompoknya sendiri. Gambar berikut menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli pada metode Jigsaw (Arends, 2001).
Kelompok Asal
Kelompok Ahli

Gambar 1: Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Teknik Peta Konsep (Concept Map)



Teknik pembelajaran peta konsep dapat mendorong kreativitas siswa untuk  berani mengemukakan gagasan mereka. Mereka dituntut untuk dapat mencatat dan mengidentifikasi materi pembelajaran sesuai dengan alam pikiran mereka. Dalam teknik ini pendidik menuntut siswa dapat menggambarkan konsep pengetahuan yang telah dipelajari oleh siswa dalam bentuk diagram atau gambar.
Untuk melaksanakan teknik pembelajaran peta konsep ini, prosedurnya secara sederhana adalah sebagai berikut;
1)        Guru membagikan bacaan dan menyuruh peserta didik untuk dibacanya
2)        Selanjutnya para siswa diperintahkan mencari keyword (kata kunci) yang merupakan bagian-bagian konsep yang akan dirangkai dijadikan gambar atau diagram
3)        Guru meminta siswa untuk menuangkan dalam peta konsep berupa gambar atau diagram
4)        Terakhir menjelaskan konsep yang terdapat dalam gambar atau diagram.
Dalam pembelajaran al-Qur’an Hadis, teknik peta konsep ini dapat sangat dibutuhkan dalam berbagai materi ajar yang ada, terutama pada materi tajwid. Teknik ini cocok disinergikan dengan metode ceramah, resitasi dan diskusi.